Kamis, 31 Mei 2012
Rabu, 30 Mei 2012
Gerakan Islam Kontemporer di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia
yang diperkirakan telah berlangsung selama tiga belas abad, menunjukkan ragam
perubahan pola, gerakan dan pemikiran keagamaan seiring dengan perubahan
sejarah bangsa. Keragaman demikian juga dapat melahirkan berbagai bentuk studi
mengenai Islam di negeri ini yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Islam dilihat dari perkembangan sosial umpamanya, hampir dalam setiap periode
terdapat model-model gerakan umat Islam. Sebagaimana terjadi pada zaman atau
periode modern dan kontemporer yang mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Perkembangan wacana intelektual Islam
kontemporer di Indonesia disebabkan oleh semakin meluasnya cakupan dari
pengertian intelektual Islam, terutama setelah masa modernisme yang dipercaya
dengan berbagai wacana tentang mondernitas dan reformasi. Perkembangan wacana
ini, dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi keberhasilan atau lambatnya proses
Islamisasi di Indonesia. Dalam hal ini proses Islamisasi lebih kepada bagaimana
Islam terus berproses dan berkembang ke arah yang lebih baik.
Rumusan Masalah
Fenomena Intelektual Muda NU dan Muhammadiyah
Pada satu dekade terakhir dapat ditengarai sebuah
kebangkitan intelektual di kalangan anak-anak muda Islam yang berpayung pada
organisasi beraliran tradisional, dan disusul oleh anak-anak muda dari kalangan
Islam modernis. Arah angin di kemudian hari kedua organasasi Islam ini perlahan
terciptanya tipis batasan antara istilah tradisional dan modern. Lantas, apa
yang akan terjadi?
***
Fenomena Intelektual Muda NU dan Muhammadiyah
Oleh Rizqon Khamami
Duta Masyarakat,
Pada satu dekade terakhir dapat ditengarai sebuah kebangkitan intelektual di kalangan anak-anak muda Islam yang berpayung pada organisasi beraliran tradisional, dan disusul oleh anak-anak muda dari kalangan Islam modernis. Arah angin di kemudian hari kedua organasasi Islam ini perlahan terciptanya tipis batasan antara istilah tradisional dan modern.
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam ) dari sayap tradisional, berangkat dari warisan tradisi kaya yang dimilikinya dipergunakan sebagai alat membaca dunia kekinian. Kemodernan telah dipadu secara apik dengan warisan-warisan tradisi keilmuan yang ada, melahirkan sintesis wacana keislaman yang segar. Fenomena ini berbarengan dengan meruaknya kegairahan beragama di Indonesia. Namun sebagian orang masih ragu-ragu untuk menapak dalam hidup modern dengan membawa Islam, yang selama ini mengesankan bahwa Islam tak seiring dengan pilihan hidup modern, mengajak kembali ke abad pertengahan sebagaimana Nabi Muhammad hidup. Kelompok muda dari kalangan tradisional memunculkan beragam wacana yang bisa menjawab kegamangan tersebut.\
***
Fenomena Intelektual Muda NU dan Muhammadiyah
Oleh Rizqon Khamami
Duta Masyarakat,
Pada satu dekade terakhir dapat ditengarai sebuah kebangkitan intelektual di kalangan anak-anak muda Islam yang berpayung pada organisasi beraliran tradisional, dan disusul oleh anak-anak muda dari kalangan Islam modernis. Arah angin di kemudian hari kedua organasasi Islam ini perlahan terciptanya tipis batasan antara istilah tradisional dan modern.
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam ) dari sayap tradisional, berangkat dari warisan tradisi kaya yang dimilikinya dipergunakan sebagai alat membaca dunia kekinian. Kemodernan telah dipadu secara apik dengan warisan-warisan tradisi keilmuan yang ada, melahirkan sintesis wacana keislaman yang segar. Fenomena ini berbarengan dengan meruaknya kegairahan beragama di Indonesia. Namun sebagian orang masih ragu-ragu untuk menapak dalam hidup modern dengan membawa Islam, yang selama ini mengesankan bahwa Islam tak seiring dengan pilihan hidup modern, mengajak kembali ke abad pertengahan sebagaimana Nabi Muhammad hidup. Kelompok muda dari kalangan tradisional memunculkan beragam wacana yang bisa menjawab kegamangan tersebut.\
DILEMA GERAKAN PEMURNIAN ISLAM
Mutohharun Jinan
Pusat Studi Budaya Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Pabelan Tromol Pos I Kartasura, Surakarta
57102
Abstrak
Secara
artifisial, gerakan pemurnian Islam berupaya melakukan pencarian terhadap
kemurnian ajaran Islam. Terdapat dua tema pokok yang tampak dalam gerakan
purifikasi itu: Pertama, sumber ajaran Islam (Al-Qur'an dan Sunnah) menjadi
obyek garapan yang sangat penting untuk dikembalikan sebagai rujukan utama
dalam kehidupan beragama. Ini berarti bahwa kehidupan beragama semakin dekat
menuju ke arah “established Islam” dari pada “popular Islam”. Kedua, semangat
kebebasan individual untuk memanfaatkan akal pikiran dengan segala
konsekuensinya menjadi semakin tinggi. Hal ini mutlak diperlukan bagi usaha
dinamisasi ajaran Islam. Dalam perkembangannya purifikasi ini tidak hanya
ditujukan untuk menghilangkan tahayul, bid 'ah, dan khurafat. Upaya purifikasi
dalam perkembangan Islam kontemporer terkait dengan berbagai wacana global,
seperti terorisme, moderatisme, islamic local knowledge, dan gerakan
fundamentalisme-radikal.
Kata kunci: Dilema, Pemurnian Islam, Doktrinal, Sosiologis,
Kontemporer.
Pendahuluan
Kolonialisme Barat terhadap dunia Islam yang berkepanjangan
menyebabkan kehidupan kaum Muslim di permukaan bumi tercabik-cabik. Kehidupan
mereka terhiasi formalisme keberagamaan, kehidupan mistik yang tidak sehat,
tahayul menggantikan sikap orisinal Islam yang kreatif, lenyapnya daya kritis
dan keimanan terdesak menjadi ortodoksi yang sempit.
Situasi demikian meniscayakan umat Islam untuk mencari
“sesuatu” sebagai tempat menggantungkan harapan untuk mendapatkan rasa aman.
Sebagian besar umat memilih untuk mengingat kembali masa lalu Islam yang
gemilang. Masa kesempuranaan Islam yang telah menyejarah, yakni pada masa
Rasulullah dan para sahabat, zaman di mana Islam masih berada dalam wilayah
yang masih terbatas. Islam dalam ruang dan waktu demikian didefinisikan sebagai
ideal, murni atau autentik. Islam autentik (al-ashalah)
telah lama hilang dari masyarakat muslim, baik disebabkan kelalaian maupun oleh
karena “sengaja dicuri” orang lain (Issa J. Boulatta, 2000: 19-20). Oleh karena
itu, umat Islam memandang perlu mencari autentisitas Islam supaya umat Islam mendapatkan
kembali keemasannya.
Di
Indonesia gerakan-gerakan Islam puritan sering kali dinisbahkan pada gerakan
Paderi di Sumatra pada awal abad ke-19 dan kemudian diikuti oleh trio pembaharu
pada awal abad ke-20, yaitu Muhammadiyah, Al-Irsyad, dan Persatuan Islam.
Perbedaan penampilan dan sasaran garapan ketiga gerakan itu, tidak menghalangi
kita untuk menarik suatu benang merah yang menjadi ciri utama dari
gerakan-gerakan purifikasi. Benang merah itu ialah perlawanannya terhadap
tradisi dan kepercayaan masyarakat yang koruptif dan menyimpang, serta
seruannya untuk kembali kepada ajaran yang murni (Syafiq A. Mughni, 2001: 5).
Para puritan
menampilkan tema-tema yang menjadi acuan gerakan purifikasi. Di antara
tema-tema itu ialah: pertama, bahwa korupsi keagamaan (bid'ah) telah melanda umat sehingga
agama yang mereka anut bukan merupakan Islam yang benar dan murni; kedua,
korupsi itu mungkin terjadi akibat penyalahgunaan kekuasaan tokoh-tokoh agama
atau akibat pengaruh-pengaruh non-Islam yang secara tidak sengaja mempengaruhi
pikiran umat Islam; ketiga, sebagai jalan keluar dari keadaan itu, Islam
harus dibersihkan dari semua korupsi itu dengan jalan “kembali kepada Al-Qur'an
dan Sunnah”; keempat, tipe ideal dari masyarakat yang dijadikan sebagai
rujukan beragama secara murni ialah generasi salaf, yaitu mereka yang hidup pada abad-abad pertama Islam. Jadi
generasi salaf itu dipandang sebagai
umat terbaik sepanjang sejarah.
Makalah ini akan melihat bagaimana gerakan purifikasi
dalam sejarah pemikiran Islam dan dampak yang ditimbulkan dari pencarian
otentisitas itu. Untuk mencapai tujuan itu, terlebih dahulu dijelaskan
akar-akar doktrinal dan sosiologis yang mendasari pencarian kemurnian Islam.
Selanjutnya melihat dinamika gerakan purifikasi di Indonesia.
Rabu, 23 Mei 2012
Jumat, 18 Mei 2012
Rabi’ah al-Adawiyah
A. Riwayat Hidup Rabi’ah
al-Adawiyah
Nama lengkapnya Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyah, seorang
pemuka sufi abad kedua hijriyah. Ia lahir di Basrah tahun 95 H./713-714 M.,
pendapat lain mengatakan tahun 99 H./717 M.[1] Dia adalah anak keempat, karenanya diberi
nama Rabi’ah yang artinya anak keempat, dari suatu keluarga miskin.[2] Kedua orang tuanya telah meninggal ketika
ia masih kecil. Namun hal tersebut tidak membuatnya kehilangan pedoman.
Demikian berat cobaan yang dihadapi ia tetap menerimanya dengan sabar dan penuh
tawakkal kepada Allah swt.
Pada usia menjelang dewasa, ia pergi dan berpisah dari
saudara-saudaranya, namun di tengah perjalanan yang tidak tentu arah, ia
ditangkap oleh seorang penjahat lalu menjualnya kepada seseorang dengan harga
enam dirham. Sejak saat itu ia menjalani hidupnya sebagai seorang budak.[3] Di siang hari ia harus bekerja berat
melayani tuannya dan pada malam hari ia beribadah kepada Allah swt.
Pada suatu malam terjadi suatu peristiwa aneh yang
merubah jalan hidupnya; tuannya terjaga dari tidurnya dan melalui jendela
melihat Rabi’ah sedang beribadah dan sujud, di atas kepalanya nampak cahaya
yang menerangi seluruh rumahnya, dalam ibadahnya Rabi’ah berdoa: “Ya Allah
Engkau tahu bahwa hasrat hatiku adalah untuk dapat memenuhi perintah-Mu. Jika
Engkau dapat mengubah nasibku ini, niscaya aku tidak akan beristirahat
sekejappun dari mengabdi kepada-Mu”. Melihat kejadian tersebut, sang tuan
merasa takut dan tidak dapat memejamkan matanya hingga menjelang fajar. Pada
pagi harinya, ia memanggil Rabi’ah dan memerdeka-kannya.[4] Sejak saat itu ia menghirup udara
kemerdekaannya sebagai manusia.
Selasa, 15 Mei 2012
Al khawarizmi
Al
Khawarizmi "Kumpulan Ilmu Islam"
Dunia Islam benar-benar sebuah peradaban yang lengkap
jika kita mau mempelajarinya. Dari obat-obatan sampai matematika ada di
dalamnya, begitu juga para ahlinya. Jika dalam edisi kemarin eL-Ka menampilkan
tokoh Islam klasik yang ahli di banyak bidang terutama kedokteran, kali ini
giliran tokoh matematika yang akan memperkenalkan diri.
Di antara kita, banyak sekali yang mengenal dan mungkin pernah belajar satu teori matematika yang bernama Algoritma. Sebuah teori yang mempermudah manusia menghitung dalam jumlah besar dengan menggunakan sistem decimal. Jika kita pernah mempelajari, ada satu pertanyaan menarik, pernahkah kita tahu siapa yang pertama kali menemukan dan memperkenalkan rumus Algoritma? Tak lain dan tak bukan adalah orang-orang Islam.
Adalah Abu AbdullahMuhammad Ibn Musa Al Khawarizmi, seorang intelektual Islam yang lahir pada tahun 770 Masehi, di sebuah kota bernama Khawarizmi. Tak ada data yang pasti tentang tanggal dan kapan tepatnya Al Khawarizmi dilahirkan. Khawarizmi adalah sebuah kota kecil sederhana di pinggiran sungai Oxus, tepatnya di bagian selatan sungai itu. Sungai Oxus adalah satu sungai yang mengalir panjang dan membelah negara Uzbekistan.
Di antara kita, banyak sekali yang mengenal dan mungkin pernah belajar satu teori matematika yang bernama Algoritma. Sebuah teori yang mempermudah manusia menghitung dalam jumlah besar dengan menggunakan sistem decimal. Jika kita pernah mempelajari, ada satu pertanyaan menarik, pernahkah kita tahu siapa yang pertama kali menemukan dan memperkenalkan rumus Algoritma? Tak lain dan tak bukan adalah orang-orang Islam.
Adalah Abu AbdullahMuhammad Ibn Musa Al Khawarizmi, seorang intelektual Islam yang lahir pada tahun 770 Masehi, di sebuah kota bernama Khawarizmi. Tak ada data yang pasti tentang tanggal dan kapan tepatnya Al Khawarizmi dilahirkan. Khawarizmi adalah sebuah kota kecil sederhana di pinggiran sungai Oxus, tepatnya di bagian selatan sungai itu. Sungai Oxus adalah satu sungai yang mengalir panjang dan membelah negara Uzbekistan.
Minggu, 13 Mei 2012
Langganan:
Postingan (Atom)